Judul Buku: Pembaruan Islam dan Orientalisme dalam Sorotan

Penulis: Daud Rasyid

Penerbit: CV Hilal Media

Tahun: 2014

Jumlah Halaman: 250

Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepadamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah: “Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang sebenarnya)”. Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu. (QS. al-Baqarah: 120)

Orientalisme menjadi salah satu upaya kaum pembenci islam dalam perang pemikiran terhadap agama tersebut. Mula-mulanya, sekelompok negara Barat/Eropa/kolonialis melakukan “studi ilmiah” terhadap negara timur/budaya bangsa timur termasuk agamanya–dalam hal ini pembahasan difokuskan pada agama Islam. Tujuan utamanya adalah supaya mendapatkan pengetahuan tentang islam, kemudian menemukan cara dan celah untuk menaklukkannya terutama dalam bidang ekonomi, budaya, dan tentu saja pemikiran agama.

Maka dibentuklah lembaga pendidikan tentang studi islam di negara-negara yang mana islam bukan menjadi agama mayoritas atau dipraktekkan secara menyeluruh dalam kehidupan sehari-hari masyarakatnya. Dewasa ini sangat mudah ditemui universitas di negeri barat (Amerika Serikat, Kanada, Perancis, Inggris, dsb.) di mana gelar doktor dapat diraih dengan studi tentang islam. Mereka mengkaji islam dalam cabang ilmu seperti Alquran, hadits, fiqih, sejarah, bahasa Arab, hingga budaya-budaya kaum muslim di berbagai wilayah. Mereka membuat gambaran secara menyeluruh serta membuat peta kekurangan–kelebihan islam dalam cara pandang mereka.

Selanjutnya rasa inferior masyarakat timur terhadap barat dimaanfaatkan untuk menyebarkan paham orientalisme di kalangan negeri-negeri islam sendiri. Negeri barat yang lebih kaya dari negara timur seolah dianggap tahu segala-galanya dan paling benar–bahkan dalam hal agama. Orang-orang negeri barat dianggap lebih cerdas dalam segala hal, disegani, dan diikuti semua tindak tanduknya. Di banyak negara timur termasuk Indonesia, hal tersebut terjadi akibat sisa kolonialisme. Lalu selanjutnya disebarkanlah pemahaman barat terhadap islam ini melalui buku-buku bernuansa orientalisme ke lembanga-lembaga pendidikan Islam, diberikannya beasiswa pendidikan bagi mahasiswa islam untuk studi di negara Barat, serta diselenggarakannya simposium dan kajian bernuansa orientalis dengan menghadirkan narasumber-narasumber pro-barat di universitas-universitas islam di Indonesia.

Ciri-ciri umum corak orientalisme terhadap agama yaitu: 1. teks-teks agama itu tidak sakral dan bisa dikritisi ulang, 2. setiap agama harus objektif, pelaku studi agama mesti diposisikan keluar dari agama tersebut, 3. mengidolakan logika manusia dan menempatkan kebernaran sebagai sesuatu yang relatif. — Padahal sepanjang pengalamannya Ust. Daud Rasyid merasa bahwa pemikiran pro-orientalis jutru anti-kirtik dan tidak terbuka, mereka justru merasa paling benar dan tidak mau dikritik balik. Seolah apa-apa yang datang dari barat sana sudah bisa bulat-bulat ditelan tidak perlu dikritisi kembali.

Contoh yang paling representatif mungkin adalah Snouck Hurgronje, salah satu orientalis pada era koloninalisme Belanda di Indonesia. Setelah menyusup dan berpura-pura menjadi mualaf, dia berhasil menyimpulkan bahwa agama islam tidak boleh diberikan ruang dalam politik alias tidak diperbolehkan untuk berkuasa. Silakan berikan ruang beribadah, berikan masjid-masjid yang megah, tetapi jangan berikan ruang di politik. Dan ini efektif sekali melumpuhkan islam di Indonesia saat ini. Betul sekali bahwa islam adalah agama yang sangat identik dan berkorelasi dengan kekuasaan. Agama seperti islam yang holistik ini hanya bisa berjalan secara menyeluruh kalau pemimpin islam memiliki kekuasaan politik dan masyarakat tunduk dan patuh terhadap ajarannya dalam segala aspek.

Perlahan-lahan cara ini berhasil menciptakan gaya masyarakat Indonesia yang sekuler hingga saat ini. Pemisahan antara ajaran agama dari politik menjauhkan islam dari penganutnya sendiri. Urgensi umat islam untuk berkuasa justru dipupus rasa inferior terhadap cara pandang dari barat yang dianggap superior. Islam terputus sampai batas ibadah ritualnya saja, namun dilemahkan dalam sisi politiknya. Kalaupun ada pihak bercorak islam yang mengikuti politik di Indonesia, maka mau tidak mau harus mengikuti tata cara yang tidak islami.

Orientalisme (ide pemikiran), misionarisme (penyebar), dan kolonialisme (penguasa) adalah tiga serangkai yang menjadi alat brain-washing terhadap umat islam. Turunan dari ketiganya yang saat ini sedang gencar-gencarnya dirasakan adalah fenomena pluralisme. Yaitu paham yang menyamakan semua agama. Padahal islam berbeda dengan agama lain, nasrani misalnya yang tidak mempunyai ajaran tentang kekuasaan – walaupun nyatanya ada negara katolik Vatikan di Eropa. Islam jelas menggolongkan padangan bahwa semua agama adalah sama sebagai pertentangan terhadap islam sendiri. Dengan kata lain adalah bentuk kekufuran terhadap Allah. Inti pluralisme ini adalah “tidak usah persoalkan agamanya, yang penting seorang individu harus baik kelakuannya dalam hidup.” Mereka ingin agar umat islam minimal menganggap sama semua agama, lebih baik lagi jika perlahan-lahan bisa mengikuti agamanya dan meninggalkan islam.

 “Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi.” (QS. Ali Imran [3]: 85)

Surat kabar dan media pun tidak luput dari cengkeraman orientalis dalam menyebarkan pahamnya kepada masyarakat. Yang paling dirasakan adalah media Kompas misalnya, sering kali rubrik agama di koran tersebut justru merupakan penyimpangan terhadap islam.

Ustadz Daud Rasyid sendiri seringkali menerima sikap pengucilan dari para koleganya di IAIN Jakarta yang merasa terancam dengan keberadaan beliau di sana. Mereka menganggap dosen semacam Daud Rasyid inilah yang menghambat pemikiran ala orientalisme di universitas-universitas islam di Indonesia. Saat ini beliau fokus di bidang yang dikuasainya yaitu ilmu hadits. Beliau melakukan counter terhadap para pengkritik hadits dari kalangan liberal.

Download ebook Pembaruan Islam dan Orientalisme dalam Sorotan pdf via Google Drive:

DOWNLOAD